Rabu, 01 April 2015

Revisi Modul Andragogi




MODUL ANDRAGOGI
MEMBANGUN KONSEP DIRI POSITIF
O
L
E
H
Kelompok 6

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015

A.      Pendahuluan
Setiap manusia dilahirkan dalam serba tergantung terhadap orang tua maupun orang-orang yang berada di lingkungannya karena naluri dan fungsinya belum berkembang secara sempurna lalu berusaha menjadi pribadi yang mandiri. Mengembangkan potensi diri dapat dimulai dari mengenal dirinya terlebih dahulu. Bastaman (2007) menyatakan bahwa mengenali dan memahami diri sangat bermanfaat untuk mengembangkan potensi-potensi dan segi-segi positif serta mengurangi segi-segi negative masing-masing pribadi, memahami sumber dan pola dari masalah-masalahnya serta lebih menyadari apa sebenarnya yang didambakan selama ini. Makna hidup inilah yang akan membimbing seseorang untuk belajar menerima dan menghargai dirinya berdasarkan nilai-nilai yang diyakini dan dianggap berharga oleh mereka.
Konsep diri adalah bagaimana individu menggambarkan dirinya sendiri. Sitilah konsep diri mencakup konsep keyakinan dan pendirian yang ada dalam pengetahuan seorang tentang dirinya sendiri yang mempengaruhi hubungan individu tersebut dengan orang lain (Donna L Wong, dkk, 2009). Sedangkan ahli lain berpendapat bahwa konsep diri merupakan persepsi diri tentang aspek fisik, sosial, dan psikologis yang di perolah individu melalui pengalaman dan interaksinya dengan orang lain. Konsep diri terbentuk dari pengalaman dan interaksi kita dengan orang-orang terdekat dalam kehidupaan kita (Darmawan, 2009).

B.       Konsep Diri
Pengertian Konsep Diri
Menurut Sunaryo (2004) konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh, menyangkut fisik, emosi, sosial dan spiritual. Dari pengertian-pengertian ahli tersebut dapat di simpulkan bahwa konsep diri adalah cara individu menggambarkan dirinya sendiri secara utuh baik fisik maupun psikis yang di peroleh melalui pengalaman hidup dan interaksi dengan lingkungannya.
Hurlock (1999) mengartikan, konsep diri sebagai gambaran diri tentang aspek fisiologis maupun psikologis yang berpengaruh pada perilaku individu dalam penyesuaian diri dengan orang lain. Sejauh mana individu menyadari dan menerima segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, maka akan berpengaruh terhadap pembentukan konsep dirinya. Konsep diri juga merujuk pada gambaran tentang peran yang kita lakukan yang terbentuk sebagai hasil dari makin banyak atau seringnya kita berinteraksi dengan orang lain (Agustiani, 2006).
Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984), mendefisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut. Sementara itu, Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.
Konsep diri adalah evaluasi individu mengenai diri sendiri; penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan (Chaplin, 2000). Hurlock (1990, dalam Hutagalung, 2007)) mengemukakan bahwa konsep diri dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) konsep diri sebenarnya, merupakan konsep seseorang tentang dirinya yang sebagian besar ditentukan oleh peran dan hubungan dengan orang lain serta persepsinya tentang penilaian orang lain terhadap dirinya. (2) konsep diri ideal, merupakan gambaran seseorang mengenai keterampilan dan kepribadian yang didambakannya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah gamabaran dan evaluasi individu mengenai diri sendiri atau pribadinya secara utuh tentang aspek fisiologis maupun aspek psikologis dalam penyesuaian diri dengan orang lain.
Ciri – Ciri Konsep Diri Positif
Sheerer (dalam Cronbach, 1963) memformulasikan ciri-ciri konsep diri positif yang selanjutnya mengarah pada penerimaan diri individu, sebagai berikut:
a.       Mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menghadapi kehidupan yang dijalaninya,
b.      Menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan manusia lainnya,
c.       Mampu menempatkan dirinya pada kondisi yang tepat sebagaimana orang lain, sehingga keberadaannya dapat diterima oleh orang lain,
d.      Bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya,
e.       Menyadari dan tidak merasa malu akan keadaan dirinya,
f.       Kelemahan yang dimilikinya tidak membuatnya menyalahkan dirinya sendiri, sebagaimana ia mampu menghargai setiap kelebihannya,
g.      Memiliki obyektivitas terhadap setiap pujian ataupun celaan, dan
h.      Tidak mengingkari atau merasa bersalah atas dorongan-dorongan emosi yang ada pada dirinya.
Komponen-Komponen Konsep Diri
Menurut Sunaryo (2004) terdapat lima komponen konsep diri yaitu gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri dan identitas diri. Kelima komponen tersebut akan di jelaskan sebagai berikut:
  1. Gambaran diri adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, sera persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh.
  2. Ideal diri adalah persepsii individuu tentang perilakunya, di sesuaikan dengan standar pribadi terkait dengan cita-cita, harapan, dan keinginan, tipe orang yang di idam-idamkan, dan nilia yang di ingin di capai
  3. Harga diri adalah penilian individu terhadap hasil yang di capai dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai denga ideal. Harga diri dapat di peroleh melalui orang lain dan diri sendiri.
  4. Peran diri adalah pola perilaku, sikap, nilai dan aspirasi yang di harapkan individuberdasarkan posisinya di masyarakat.
  5. Identitas diri adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian, sebagai sintesis semua aspke konsep diri dan menjadi satu kesatuan yang utuh.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
Argy dalam (Hardy dan Hayes, 1998) mengatakan bahwa konsep diri di pengaruhi oleh empat faktor yaitu:
1.      Reaksi dengan orang lain
Cooley (dalam Hardy dan Hayes, 1998) membuktikan bahwa dengan mengamati pencerminan perilaku diri sendiri terhadap respon yang di berikan oleh orang lain maka individu dapat mempelajarinya dirinya sendiri. Orang-orang yang memiliki arti pada diri individu sangat berpengaruh dalam pembentukan konsp diri.
2.      Perbandingan dengan orang lain
Konsep diri yang di miliki individu sangat tergantung kepada bagaimana cara individu membandingkan dirinya dengan orang lain.
3.      Peranan individu
Setiap individu memainkan peranan yang berbeda-beda pada setiaap peran tersebut individu di harapkan akan melakukan perbutan dengan cara-cara tertentu pula. Harapan-harapan dan pengalaman yang berkaitan dengan peran yang berbeda-beda berpengaruh terhadap konsep diri seseorang.
4.      Identifikasi terhadap orang lain
Kalau seorang anak mengagumi orang dewasa maka anak sering kali mencoba menjadi pengikut orang dewasa tersebut dengan cara meniru beberapa nilai dan keyakinan dan perbuatan. Proses identifikasi tersebut menyebabkan individu merasakan bahwa dirinya telah memiliki beberapa sifat dari yang di kagumi.

C.      Metode
Metode yang digunakan adalah metode diskusi dengan menampilakan video. Menurut Hasibuan (1985), diskusi adalah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah. Video yang ditampilkan tentang motivasi yang berkaitan dengan kosep diri seseorang. Dimana video ini diasumsikan dapat membantu dalam meningkatkan konsep diri seseorang.

D.      Alat Bantu
Metode diskusi dengan menampilkan sebuah video pastinya membutuhkan beberapa alat bantu agar setiap individu dapat melihat video dengan jelas dengan suara yang jelas pula. Alat bantunya yaitu LCD Projector dan sound system. LCD Projector digunakan untuk menampilkan video yang lebih besar dan jelas sedangkan sound system digunakan untuk memperkuat output suara yang lebih keras/besar.

E.     Sampel
Dalam proses belajar dan mengajar, maka diperlukan peserta dan pengajar. Adapun sampel yang kami pilih adalah seluruh mahasiswa mata kuliah andragogi tahun 2015.

F.     Waktu dan Tempat
Dalam proses belajar orang dewasa itu sendiri tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang dibutuhkan agar proses belajar lebih maksimal. Adapun sarana yang kami gunakan adalah ruangan 2.B.6 Fakultas Psikologi USU. Sedangkan waktunya yaitu pada hari Kamis, 2 April 2015 pukul 11.00 wib.

G.    Evaluasi
Salah satu indikator keberhasilan suatu pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar atau evaluasi. Evaluasi adalah suatu proses dalam menentukan tujuan pengajaran. Maka evaluasi yang kami gunakan adalah dengan menyebarkan angket. Angket tersebut berisikan 6 pernyataan dengan alternatif jawaban setuju dan tidak setuju.

H.      Manfaat Konsep Diri Positif
Mencintai dan menyayangi diri sendiri
Diri kita adalah unik, yang telah di ciptakan Tuhan dengan berbagai macam kelebihan dan kekurangan. Mencitai dan menyayangi diri sendiri berarti kita mencintai apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. Wujud dari kecintaan kita terhadap diri sendiri adalah dengan memperlakukan dan menjaga diri ini dengan baik dari hal-hal yang bisa merusak diri. Dengan begitu kita akan senantiasa terdorong untuk melakukan sesuatu hal yang psositif dalam hidup
Berpikir positif
Cara berpikir kita mengendalikan sikap, tindakan dan hidup kita. Pikiran positif akan mendorong kita untuk tetap optimis, pantang menyerah, dan barani menghadai resiko dan tantangan. Selain itu pikiran positif juga akan menjadikan hidu kita lebih tenang.
Memperbaiki kualitas hubungan dengan orang lain
Dalam menjalin hubungan dengan orang lain, kita harus senantiasa meningkatkan kualitas hubungan tersebut. Peningkatan kualitas hubungan yang kita ciptakan menandakan bahwa kita telah mampu berpikir dewasa. Perlu di ingat juga kualitas pergaulan juga sangat di tentukan dengan siapa kita bergaul. Untuk itu pintar-pintarlah kita memilih pergaulan, karena salah bergaul akan memberikan pengaruh negatif buat diri kita. Dari itu bergaulan dengan orang yang memiliki kecerdasan dan perilaku yang baik. Selain itu perbaiki juga hubungan kita dengan orang-orang terdekat kita dan hindarilah  pertentangan.
Bersikap proaktif
Proaktif sering di katakan sebagai kemampuan mengambil sebuah inisiatif tindakan. Namun perlu di katahui sebenarnya proaktif tidak hanya sekedar insiatfi tapi labih dari itu. Proaktif juga memahami dengan jeli permasalahan yang dihadapinya dengan kaca mata nilai yang akurat dan tidak semata mengikuti perasaan. Proaktif ini meliputi banyak hal seperti proaktif dalam melawan hawa nafsu, proaktif dalam memberantas kebodohan diri, proktif memupuk motivasi, proaktif dalam belajar, proaktif dalam menolong orang yang membutuhakan dan lain sebagainya.
Menjaga keseimbangan hidup
Hidup itu harus penuh dengan keseimbangan, tidak bisa rasanya kita hanya mementingkan salah satu faktor tertentu dalam hidup. Kita harus tahu betul bagaimana menjalani setiap akstivitas dalam kehidupan. Jangan sampai kita memporsikan satu kegiatan secara berlebihan. Untuk mencapai keseimbanga ini, sebainya kita menyusun sebuah agenda kegiatan dan skala proritas sehingga kita benar-benar bisa melakukan suatu hal sesuai dengan kebutuhan yang ada, tidak berlebihan dan seimbang.

Sumber :
Bastaman. H.D. 2007. Logoterapi : Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih
Hidup Bermakna
. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
.
Burns, RB. 2003. Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku. Jakarta: Penerbit Arcan
Nova Anissa (2012). Hubungan Antara Konsep Diri Dan Kematangan Emosi Dengan Penyesuaian Diri Istri Yang Tinggal Bersama Keluarga Suami” vol. 1 No. 1. Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Hurlock, E.B. 1999. Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi keenam (alih bahasa : Tjandrasih dan
Zarkasih) . Jakarta : Erlangga.
Hutagalung, Inge. 2007. Pengembangan Kepribadian. Jakarta: PT Indeks.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar