MODUL ANDRAGOGI
MEMBANGUN KONSEP DIRI POSITIF
O
L
E
H
Kelompok 6
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
A.
Pendahuluan
Setiap
manusia dilahirkan dalam serba tergantung terhadap orang tua maupun orang-orang
yang berada di lingkungannya karena naluri dan fungsinya belum berkembang
secara sempurna lalu berusaha menjadi pribadi yang mandiri. Mengembangkan potensi
diri dapat dimulai dari mengenal dirinya terlebih dahulu. Bastaman (2007)
menyatakan bahwa mengenali dan memahami diri sangat bermanfaat untuk
mengembangkan potensi-potensi dan segi-segi positif serta mengurangi segi-segi
negative masing-masing pribadi, memahami sumber dan pola dari
masalah-masalahnya serta lebih menyadari apa sebenarnya yang didambakan selama
ini. Makna hidup inilah yang akan membimbing seseorang untuk belajar menerima
dan menghargai dirinya berdasarkan nilai-nilai yang diyakini dan dianggap
berharga oleh mereka.
Konsep
diri adalah bagaimana individu
menggambarkan dirinya sendiri. Sitilah konsep diri mencakup konsep keyakinan
dan pendirian yang ada dalam pengetahuan seorang tentang dirinya sendiri yang
mempengaruhi hubungan individu tersebut dengan orang lain (Donna L Wong, dkk,
2009). Sedangkan ahli lain berpendapat bahwa konsep diri merupakan persepsi diri tentang aspek fisik, sosial,
dan psikologis yang di perolah individu melalui pengalaman dan interaksinya
dengan orang lain. Konsep diri terbentuk dari pengalaman dan interaksi kita
dengan orang-orang terdekat dalam kehidupaan kita (Darmawan, 2009).
B.
Konsep Diri
Pengertian
Konsep Diri
Menurut Sunaryo (2004) konsep diri adalah cara individu dalam
melihat pribadinya secara utuh, menyangkut fisik, emosi, sosial dan spiritual.
Dari pengertian-pengertian ahli tersebut dapat di simpulkan bahwa konsep diri adalah cara individu
menggambarkan dirinya sendiri secara utuh baik fisik maupun psikis yang di
peroleh melalui pengalaman hidup dan interaksi dengan lingkungannya.
Hurlock (1999) mengartikan, konsep diri sebagai gambaran diri
tentang aspek fisiologis maupun psikologis yang berpengaruh pada perilaku
individu dalam penyesuaian diri dengan orang lain. Sejauh mana individu
menyadari dan menerima segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya,
maka akan berpengaruh terhadap pembentukan konsep dirinya. Konsep diri juga
merujuk pada gambaran tentang peran yang kita lakukan yang terbentuk sebagai
hasil dari makin banyak atau seringnya kita berinteraksi dengan orang lain
(Agustiani, 2006).
Menurut
Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang
diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984), mendefisikan konsep
diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri keyakinan yang dimiliki
seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan
tingkah laku yang unik dari individu tersebut. Sementara itu, Cawagas (1983)
menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi
fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihannya
atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.
Konsep diri adalah evaluasi individu mengenai diri sendiri; penilaian
atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan (Chaplin,
2000). Hurlock (1990, dalam Hutagalung, 2007)) mengemukakan bahwa konsep diri
dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) konsep diri sebenarnya, merupakan konsep
seseorang tentang dirinya yang sebagian besar ditentukan oleh peran dan
hubungan dengan orang lain serta persepsinya tentang penilaian orang lain
terhadap dirinya. (2) konsep diri ideal, merupakan gambaran seseorang mengenai
keterampilan dan kepribadian yang didambakannya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
konsep diri adalah gamabaran dan evaluasi individu mengenai diri sendiri atau
pribadinya secara utuh tentang aspek fisiologis maupun aspek psikologis dalam
penyesuaian diri dengan orang lain.
Ciri – Ciri Konsep Diri Positif
Sheerer
(dalam Cronbach, 1963) memformulasikan ciri-ciri konsep diri positif yang
selanjutnya mengarah pada penerimaan diri individu, sebagai berikut:
a. Mempunyai
keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menghadapi kehidupan yang dijalaninya,
b. Menganggap
dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan manusia lainnya,
c. Mampu
menempatkan dirinya pada kondisi yang tepat sebagaimana orang lain, sehingga
keberadaannya dapat diterima oleh orang lain,
d. Bertanggung
jawab atas apa yang telah dilakukannya,
e. Menyadari
dan tidak merasa malu akan keadaan dirinya,
f. Kelemahan
yang dimilikinya tidak membuatnya menyalahkan dirinya sendiri, sebagaimana ia
mampu menghargai setiap kelebihannya,
g. Memiliki
obyektivitas terhadap setiap pujian ataupun celaan, dan
h. Tidak
mengingkari atau merasa bersalah atas dorongan-dorongan emosi yang ada pada
dirinya.
Komponen-Komponen
Konsep Diri
Menurut Sunaryo (2004) terdapat lima komponen konsep diri
yaitu gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri dan identitas diri.
Kelima komponen tersebut akan di jelaskan sebagai berikut:
- Gambaran
diri adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik secara sadar maupun
tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, sera persepsi dan
perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh.
- Ideal
diri adalah persepsii individuu tentang perilakunya, di sesuaikan dengan
standar pribadi terkait dengan cita-cita, harapan, dan keinginan, tipe
orang yang di idam-idamkan, dan nilia yang di ingin di capai
- Harga
diri adalah penilian individu terhadap hasil yang di capai dengan cara
menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai denga ideal.
Harga diri dapat di peroleh melalui orang lain dan diri sendiri.
- Peran
diri adalah pola perilaku, sikap, nilai dan aspirasi yang di harapkan
individuberdasarkan posisinya di masyarakat.
- Identitas
diri adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan
penilaian, sebagai sintesis semua aspke konsep diri dan menjadi satu
kesatuan yang utuh.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Konsep Diri
Argy dalam (Hardy dan Hayes, 1998)
mengatakan bahwa konsep diri di pengaruhi oleh empat faktor yaitu:
1.
Reaksi
dengan orang lain
Cooley (dalam Hardy dan Hayes, 1998)
membuktikan bahwa dengan mengamati pencerminan perilaku diri sendiri terhadap
respon yang di berikan oleh orang lain maka individu dapat mempelajarinya
dirinya sendiri. Orang-orang yang memiliki arti pada diri individu sangat berpengaruh
dalam pembentukan konsp diri.
2.
Perbandingan
dengan orang lain
Konsep diri yang di miliki individu
sangat tergantung kepada bagaimana cara individu membandingkan dirinya dengan
orang lain.
3.
Peranan
individu
Setiap individu memainkan peranan
yang berbeda-beda pada setiaap peran tersebut individu di harapkan akan
melakukan perbutan dengan cara-cara tertentu pula. Harapan-harapan dan
pengalaman yang berkaitan dengan peran yang berbeda-beda berpengaruh terhadap
konsep diri seseorang.
4.
Identifikasi
terhadap orang lain
Kalau seorang anak mengagumi orang
dewasa maka anak sering kali mencoba menjadi pengikut orang dewasa tersebut
dengan cara meniru beberapa nilai dan keyakinan dan perbuatan. Proses
identifikasi tersebut menyebabkan individu merasakan bahwa dirinya telah
memiliki beberapa sifat dari yang di kagumi.
C.
Metode
Metode
yang digunakan adalah metode diskusi dengan menampilakan video. Menurut
Hasibuan (1985), diskusi adalah suatu proses penglihatan dua atau lebih
individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai
tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar informasi,
mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah. Video yang ditampilkan tentang
motivasi yang berkaitan dengan kosep diri seseorang. Dimana video ini
diasumsikan dapat membantu dalam meningkatkan konsep diri seseorang.
D.
Alat
Bantu
Metode diskusi dengan menampilkan sebuah video
pastinya membutuhkan beberapa alat bantu agar setiap individu dapat melihat
video dengan jelas dengan suara yang jelas pula. Alat bantunya yaitu LCD Projector dan sound system. LCD Projector
digunakan untuk menampilkan video yang lebih besar dan jelas sedangkan sound system digunakan untuk memperkuat
output suara yang lebih keras/besar.
E. Sampel
Dalam proses belajar dan
mengajar, maka diperlukan peserta dan pengajar. Adapun sampel yang kami pilih
adalah seluruh mahasiswa mata kuliah andragogi tahun 2015.
F. Waktu
dan Tempat
Dalam proses belajar orang
dewasa itu sendiri tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang dibutuhkan
agar proses belajar lebih maksimal. Adapun sarana yang kami gunakan adalah
ruangan 2.B.6 Fakultas Psikologi USU. Sedangkan waktunya yaitu pada hari Kamis,
2 April 2015 pukul 11.00 wib.
G. Evaluasi
Salah satu indikator
keberhasilan suatu pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar atau evaluasi.
Evaluasi adalah suatu proses dalam menentukan tujuan pengajaran. Maka evaluasi
yang kami gunakan adalah dengan menyebarkan angket. Angket tersebut berisikan 6
pernyataan dengan alternatif jawaban setuju dan tidak setuju.
H. Manfaat
Konsep Diri Positif
Mencintai dan menyayangi diri sendiri
Diri kita adalah unik, yang telah di ciptakan Tuhan dengan berbagai
macam kelebihan dan kekurangan. Mencitai dan menyayangi diri sendiri berarti
kita mencintai apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. Wujud dari kecintaan
kita terhadap diri sendiri adalah dengan memperlakukan dan menjaga diri ini
dengan baik dari hal-hal yang bisa merusak diri. Dengan begitu kita akan
senantiasa terdorong untuk melakukan sesuatu hal yang psositif dalam hidup
Berpikir positif
Cara berpikir kita mengendalikan sikap, tindakan dan hidup
kita. Pikiran positif akan mendorong kita untuk tetap optimis, pantang
menyerah, dan barani menghadai resiko dan tantangan. Selain itu pikiran positif
juga akan menjadikan hidu kita lebih tenang.
Memperbaiki kualitas hubungan dengan orang lain
Dalam menjalin hubungan dengan orang lain, kita harus senantiasa
meningkatkan kualitas hubungan tersebut. Peningkatan kualitas hubungan yang
kita ciptakan menandakan bahwa kita telah mampu berpikir dewasa. Perlu di ingat
juga kualitas pergaulan juga sangat di tentukan dengan siapa kita bergaul.
Untuk itu pintar-pintarlah kita memilih pergaulan, karena salah bergaul akan
memberikan pengaruh negatif buat diri kita. Dari itu bergaulan dengan orang
yang memiliki kecerdasan dan perilaku yang baik. Selain itu perbaiki juga
hubungan kita dengan orang-orang terdekat kita dan hindarilah
pertentangan.
Bersikap proaktif
Proaktif sering
di katakan sebagai kemampuan mengambil sebuah inisiatif tindakan. Namun perlu
di katahui sebenarnya proaktif tidak hanya sekedar insiatfi tapi labih dari
itu. Proaktif juga memahami dengan jeli permasalahan yang dihadapinya dengan
kaca mata nilai yang akurat dan tidak semata mengikuti perasaan. Proaktif ini
meliputi banyak hal seperti proaktif dalam melawan hawa nafsu, proaktif dalam
memberantas kebodohan diri, proktif memupuk motivasi, proaktif dalam belajar,
proaktif dalam menolong orang yang membutuhakan dan lain sebagainya.
Menjaga keseimbangan hidup
Hidup itu harus penuh dengan keseimbangan, tidak bisa
rasanya kita hanya mementingkan salah satu faktor tertentu dalam hidup. Kita
harus tahu betul bagaimana menjalani setiap akstivitas dalam kehidupan. Jangan
sampai kita memporsikan satu kegiatan secara berlebihan. Untuk mencapai
keseimbanga ini, sebainya kita menyusun sebuah agenda kegiatan dan skala
proritas sehingga kita benar-benar bisa melakukan suatu hal sesuai dengan
kebutuhan yang ada, tidak berlebihan dan seimbang.
Sumber
:
Bastaman. H.D. 2007. Logoterapi : Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih
Hidup Bermakna. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Burns, RB. 2003. Konsep
Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku. Jakarta: Penerbit
Arcan
Nova Anissa (2012). “Hubungan Antara Konsep Diri Dan Kematangan Emosi Dengan Penyesuaian
Diri Istri Yang Tinggal Bersama Keluarga Suami” vol. 1 No. 1. Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Hurlock, E.B. 1999. Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi keenam
(alih bahasa : Tjandrasih dan
Zarkasih) . Jakarta : Erlangga.
Hutagalung, Inge. 2007. Pengembangan
Kepribadian. Jakarta: PT Indeks.
Sunaryo. 2004. Psikologi
untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.